Sajak ini mencari makna kata dibalik hujan yang tidak malu-malu
Semua sudah basah,membuat dinding-dinding hati berlumut
Ada lumut yang masih hijau,
Hati kita tetap hijau walau gunung-gunung menjelma pelangi murka
setelah hujan membanjiri jalan-jalan kotaku tetap depan gedung
MEGAH.
Hati kita selumut hijau,
Sajak ini melupakan makna,
Setelah hujan mereda dan kemarau menganga
Semua telah menganga dijantung kita,seperti anak-anak kita yang
MENGANGA KELAPARAN
Sawah didada sudah mengering,riang menampakkan tulang-tulang Rusuk KITA
Musim ini tak mampu menanti
sebab hujan telah menjadi duri yang menggenang
pun kemarau akhirnya malu-malu
sekedar tersenyum
IBRAHIM MASSIDENRENG
Bawah Kubah (10-2-2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar